Sabtu, 20 Oktober 2012

Calistung untuk usia pre-school


Ayah dan bunda, banyak sekali pro kontra yang terjadi tentang membaca, menulis dan berhitung untuk anak usia dini. Anak usia dini disini terutama anak yang berusia dibawah 7 tahun atau tepatnya yang sedang berada pada kursi preschool. Boleh tidak ya anak usia preschool diajarkan membaca, menulis, dan berhitung? Jawabannya akan ayah bunda ketahui kalau membaca habis bab ini.

Ayah dan bunda, pastinya sebagai orangtua sangat ingin memberikan pendidikan yang terbaik untuk anak. Tapi apa ayah dan bunda menyadari bahwa calistung (membaca, menulis, dan berhitung) yang diberikan disekolah, lebih banyak kerugiannya dibandingkan manfaatnya? Mungkin ayah dan bunda tidak sadar atau tidak memperhatikan bagaimana perasaan anak diajarkan calistung. Dari berbagai penelitian, calistung akan membuat anak stress dan merasa terbebani.

Stress dan merasa terbebani terjadi karena calistung memang belum saatnya menjadi materi yang harus anak pelajari. Sama seperti bunda yang baru belajar memasak, tapi sudah harus membuat pizza. Alih-alih ingin anak pintar, tapi stress yang didapat dan berujung pada keengganan anak untuk menyentuh buku dan enggan untuk pergi ke sekolah.

Ayah dan bunda tidak perlu khawatir yang berlebihan berkaitan dengan kemampuan calistung anak. Yang dibutuhkan anak untuk menjadi seseorang yang hebat tidak hanya kemampuan membaca, menulis, dan berhitung. Yang utama adalah karakter dan kreatifitas.

Dengan dimilikinya kreatifitas, ia akan terbiasa menemukan solusi. Orang-orang yang pandai dan kreatif dalam menemukan solusi dari berbagai permasalahan, bisa menjadi pemimpin yang baik. Jabatan yang dimiliki pun tidak tanggung-tanggung, ia dapat menjadi pengusaha sukses, atau direktur disebuah perusahaan. Sekarang coba ayah bunda lihat berapa banyak pengangguran bergelar sarjana di negara ini? Kira-kira mereka bisa membaca, menulis dan berhitung tidak ya?

Karakter tidak kalah penting dengan kreatifitas. Karakter penting sekali ditanamkan kepada anak sejak usia dini dibandingkan kemampuan calistung yang menjadi target utama. Sekolah-sekolah di Australia, terlebih dahulu menanamkan tanggung jawab, perilaku jujur, dan taat pada peraturan sebelum mengajarkan calistung. Itulah mengapa sekolah-sekolah di Australia lebih khawatir jika anak tidak bisa membuang sampah pada tempatnya, daripada anak tidak bisa mengerjakan soal matematika.


Perlu ayah bunda ketahui, mengajarkan calistung pada anak, tidak membutuhkan waktu lama. Hanya beberapa bulan. Tetapi untuk menanamkan karakter baik pada anak, butuh belasan tahun agar dapat menjadi kebiasaan baik yang dilakukan dengan senang hati.

Dalam hal ini, bukan berarti anak sama sekali tidak boleh diajarkan calistung. Tidak perlu juga menganggap calistung untuk anak hukumnya haram. Pada usia pre-school anak boleh dikenalkan dengan unsur-unsur dari calistung itu sendiri. Hanya mengenalkan, dan tanpa men-drill anak lancar calistung dalam waktu sekian bulan.

Jika sudah mengetahui hal diatas, apa yang harus dilakukan ayah dan bunda dalam memilih sekolah yang baik? Dalam mencari sekolah untuk anak, pasti ada beberapa pertimbangan yang ayah bunda lakukan. Salah satunya adalah sistem pembelajaran. Dan pastinya ayah bunda akan mencari sekolah yang ayah bunda anggap bagus. Bagus yang seperti apa?

Banyak dari ayah bunda di Indonesia, (semoga bukan ayah bunda yang sedang membaca buku ini ya) memasukkan anak ke sekolah pre-school yang sudah direkomendasikan lulusannya lancar dalam calistung. Terkadang ada beberapa orangtua yang tidak sabar pada pihak sekolah karena dlm beberapa hari pertama masuk, anaknya blm sama sekali diajarkan membaca, menulis, dan berhitung. Lalu diputuskan untuk memindahkan anak ke sekolah yang mengajarkan calistung. Dan menganggap sekolah sebelumnya jelek, atau menganggap gurunya tidak bisa mengajar.

Ayah dan bunda yang sudah membaca buku ini tidak perlu khawatir. Banyak alternatif yang bisa ayah bunda jangkau untuk menemukan solusinya. Yang pertama, ayah dan bunda bisa menggunakan alternatif homeschooling.Homeschooling pada usia pre-school sangat baik dilakukan. Selain anak dapat belajar banyak hal dibandingkan disekolah, kedekatan orangtua dan anak pun dapat terikat dengan kuat. Anak akan banyak belajar dari orangtuanya. Mengajak anak belanja kebutuhan sehari-hari, mengajak anak ke bank atau mengajak anak ke kebun binatang dapat memberikan pelajaran yang sangat berharga. Banyak sekali yang dapat dilakukan anak dari lingkungan sekitar. Jangan khawatir dengan homeschooling anak jadi tidak punya teman. Menurut pakar pendidikan dan orangtua yang menjalankan sistem homeschooling, anak akan jauh punya teman banyak dari berbagai usia. Denganhomeschooling kita dapat melihat bakat anak dan memasukkannya di kursus yang sesuai dengan minatnya. Dari kursus itulah anak akan bertemu dengan teman-teman yang satu bakat sehingga bisa mendorong anak untuk lebih maju menguasai dan memperdalam bakatnya.

Alternatif kedua adalah memasukkan anak ke sekolah alam. Sekolah alam merupakan tempat yang baik untuk pertumbuhan anak. Di Sekolah alam, anak lebih banyak bermain dengan alam dibandingkan duduk dikelas dan bertemu dengan kertas dan pensil. Jiwa bermain anak dapat tersalurkan dengan baik. Disana ia akan diajarkan untuk peduli dengan lingkungan sekitar. Baik alam maupun warga sekitar.

Alternatif terakhir adalah menyeleksi sekolah dari sekian banyak sekolah yang terdapat di sekitar tempat tinggal. Sekolah yang benar adalah sekolah yang menyediakan waktu “trial” untuk calon peserta didik. Dengan begitu, anak bisa merasakan terlebih dahulu rasanya sekolah. Dan itu dapat mempermudah ayah dan bunda untuk mengetahui apakah anak suka dengan sekolah itu. Jangan salah, anak mempunyai insting yang bagus atas hal yang dia suka dan tidak. Ayah bunda dapat mengobservasi dari tingkah lakunya selama di Sekolah. Dan lihat apakah esok harinya anak meminta datang ke sekolah itu lagi, atau terlihat enggan. Dengan sistem “trial” ini, kecil kemungkinan anak tidak cocok dengan sekolah dan meminta untuk pindah.